ZAMAN
PRAAKSARA
Zaman
pra-aksara adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Periode ini
ditandai dengan cara hidup berburu dan mengambil bahan makanan yang tersedia di
alam.
Para
ahli arkeologi dan paleontologi membagi masa pra-aksara Indonesia ke dalam dua
zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam.Pengetahuan tersebut diperoleh dari
penggalian dan benda purbakala dan fosil manusia Para ahli purbakala
sepakat untuk membagi zaman pra-aksara di Indonesia menjadi zaman batu dan
zaman logam.Zaman batu dibagi kembali dalam beberapa zaman berdasarkan
kehalusan, bentuk, jenis, dan ukuran alat batu yang diciptakannya.
Pembagian zaman batu tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Zaman
Batu Tua (Paleolitikum)
Berdasarkan
temuan geologis, arkeologis, zaman batu tua diperkirakan berlangsung selama
600.000 tahun. Selama kurun waktu tersebut, manusia hanya menggunakan
alat-alat yang paling dekat dengan lingkungan hidup mereka seperti kayu, bambu,
dan batu. Mereka menggunakan batu yang masih kasar untuk berburu binatang. Pada
saat itu, batu juga berfungsi sebagai kapak yang digenggam untuk memotong kayu
atau membunuh binatang buruan. Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang
masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
ü Kapak
Genggam
Kapak
genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"chopper" (alat penetak/pemotong). Alat ini dinamakan kapak genggam
karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara
mempergunakannya dengan cara menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali
umbi, memotong, dan menguliti binatang.
ü Kapak
Perimbas
Kapak
perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata.
Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan
di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan
Goa Choukoutieen (Beijing).
ü
Alat-alat
dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah
satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat
dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang
ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat
ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini
juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.
ü Flakes
Flakes
yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti
alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk
berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
2. Zaman
Batu Tengah (Mesolitikum)
Ciri
utama peradaban zaman ini adalah manusia pendukungnya telah bertempat tinggal
menetap.Diperlukan waktu ribuan tahun untuk mencapai taraf hidup menetap.Para
ahli ilmu purbakala menyebutkan bahwa zaman ini berlangsung kurang lebih 20.000
tahun silam.Manusia pendukung zaman ini juga bertempat tinggal di gua yang
disebut peradaban abris sous
roche.
ü Pebble (kapak genggam Sumatera =
Sumateralith)
Kapak
genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan
pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya
yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu
kali yang dipecah-pecah.
ü Hachecourt (kapak pendek)
Selain
pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi
bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak
pendek.
ü Pipisan
Selain
kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan
(batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan
untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan
cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk
keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
3. Zaman
Batu Muda (Neolitikum)
Ciri
utama zaman batu muda adalah manusia telah menghasilkan makanan atau food producing. Menurut Dr. R.
Soekmono, ahli arkeologi Indonesia, perubahan dari food gathering ke food producing merupakan satu revolusi dalam perkembangan
zaman pra-aksara Indonesia.
ü Pahat
Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini
meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah
sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan
Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
ü Kapak
Persegi
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu
biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat
dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau
tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali,
Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
ü Kapak
Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali,
dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah
bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan
ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak
lonjong sudah diasah halus, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak
persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti,
Tanimbar dan Irian.
ü Kapak
Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi,
hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga
menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas
dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi
anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain
di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum
Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di
Minahasa.
ü Tembikar
(Periuk belanga)
Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya
barang-barang tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari
bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa
pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa
pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba
banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia.
4. Zaman
Batu Besar (Megalitikum)
Berdasarkan
hasil temuan arkeologis, zaman megalitikum diperkirakan berkembang sejak zaman
batu muda sampai zaman logam. Ciri terpenting pada zaman ini adalah manusia
pendukungnya telah menciptakan bangunan-bangunan besar yang terbuat dari
batu.Bangunan-bangunan yang berkaitan dengan sistem kepercayaan mereka, di
antaranya menhir, dolmen, sarkofagus (keranda), kubur batu, dan punden berundak.
ü Menhir
(tugu Batu)
Menhir
terbut dari batu besar yang di dirikan menjulang ke atas, berpungsi sebagai
media pemujaan terhadap roh nenek moyang. Ditemukan di Pasemah (antar Palembang-Bengkulu).
ü Dolmen
(Meja batu)
Dolmen
merupakan meja batu berkaki menhir, berpungsi untuk meletakkan sesajian dan
pemujaan kepada nenek moyang serta sebagi tempat menguburkan mayat.
ü Sarkofagus
(Keranda)
Berbentuk palung atau
lesung, namun mempunyai tutup.
ü Kubur
batu (Peti mayat)
Kubur
batu terdiri atas Empat dinding papan batu yang disatukan/lepas satu sama lain.
Banyak ditemukan di Pasemah, Wonosari, Cepu, dan Cirebon.
ü Punden
berundak (Bagunan batu bertingkat)
Punden
berundak berpungsi untuk pemujaan roh nenek mkoyang banyak ditemukan di Lebak
Cileduk (Banten selatan), Leles (Garut) dan kuningan.
5. Zaman
Logam
Setelah
melewati tahapan zaman megalitikum, sampailah manusia pra-aksara Indonesia pada
zaman logam.Alat-alat yang terbuat dari batu dianggap tidak efektif lagi untuk
menunjang kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu, alat-alat tersebut secara
bertahap mulai ditinggalkan.
Peradaban
zaman ini menghasilkan kapak corong, candrasa (kapak corong yang salah satu sisinya
panjang), nekara berukir
yang berfungsi sebagai alat upacara, nekara yang tinggi panjang (moko), alat-alat pertanian, dan
perhiasan.Zaman pra-aksara Indonesia tidak mengenal zaman tembaga, tetapi hanya
mengalami zaman perunggu dan zaman besi.
0 komentar:
Posting Komentar