1. BIDANG POLITIK
Kemenangan
pihak sekutu (Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan Uni Soviet) dalam
mengakhiri Perang Dunia II tidak terlepas dari peran Amerika Serikat dalam
memberikan bantuan (perlengkapan, tentara,dan persenjataan) yang mampu
mempercepat berakhirnya perang dengan kemenangan di tangan Sekutu. Perang Dunia
II telah menghancurkan hegemoni negara-negara besar seperti Inggris, Perancis,
Spanyol, dan Portugis yang sudah berabad-abad memegang kendali kekuasaan di
berbagai belahan dunia.
Muncul
masalah baru yaitu adanya pertentangan kepentingan dan persaingan perebutan
hegemoni antara negara anggota sekutu dalam usaha untuk menjadi negara yang
paling berpengaruh dan berkuasa di dunia hingga melahirkan dua negara adikuasa
(kekuatan raksasa) yaitu Amerika Serikat (kuat secara material) dan Uni Soviet
(kuat secara psikologis) yang mengambil alih hegemoni tersebut.
Uni
Soviet dan Amerika Serikat saling berlomba menanamkan penagruhnya pada negra
lain dengan berbagai cara sehinga dampaknya negara-negara di dunia terbagi
menjadi 2 dimana negara-negara Eropa Timur, Jerman Timur dan beberapa negara
Asia seperti Cina, Korea Utara, Kamboja, Laos dan Vietnam berada dibawah
pengaruh Uni Soviet yang selanjutnya dikenal dengan Blok Timur. Sementara
negara-negara Eropa Barat dan banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
berada dibawah kekuasaan Amerika Serikat yang selanjutnya dikenal dengan Blok
Barat.
Kedua
negara adikuasa tersebut memiliki ideologi yang berlawanan dimana Amerika
Serikat dengan ideologi Liberalis-Kapitalis(paham yang mengutamakan kemerdekaan
individu sebagai pangkal dari kebaikan hidup) sementara Uni Soviet dengan
ideologi Sosialis-Komunis(paham yang menghendaki suatu masyarakat disusun
secara kolektif agar menjadi masyarakat yang bahagia). Sistem politik dan
ekonomi internasional mengalami polarisasi yaitu liberalisme versus
sosialisme-komunisme .
Munculnya
politik memecah belah dimana terjadi perpecahan dari berbagai negara sebagai
dampak dari persaingan pengaruh dua negara adikuasa tersebut, seperti negara
Jerman, Korea, dan Vietnam(Indo Cina) berdasarkan ideologi liberal dan
sosialis-komunis.
Dibentuklah
pakta pertahanan untuk saling mengimbangi kekuatan lawan dimana Amerika Serikat
membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Organisasi Pertahanan
Atlantik Utara sementara Uni Soviet membentuk Pakta Warsawa(1955) dengan
anggota Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria,
Polandia, dan Rumania.
Berdirinya
pakta pertahanan memunculkan rasa saling curiga dan perlombaan persenjatan
antara kedua belah pihak sehingga menimbulkan Perang Dingin.
Munculnya
negara-negara baru dan merdeka di Asia-Afrika yang merupakan bekas jajahan
bangsa barat seperti Indonesia, India, Pakistan, Srilanka, dan Filipina.
(dampak positif)
2. BIDANG EKONOMI
Perekonomian
dunia terbagi atas sistem ekonomi liberal, sistem ekonomi terpusat pada negara,
dan sistem ekonomi campuran. Dimana sistem ekonomi liberal berlaku di
negara-negara kapitalis. Sistem ekonomi terpusat pada negara berlaku di
negara-negara komunis. Dan sistem ekonomi campuran berlaku di negara-negara
yang baru merdeka.
Sistem
ekonomi kapitalis diterapkan di Eropa Barat dan Amerika Serikat mempraktekkan
konsep negara sejahtera (welfare state) sehingga menyediakan dana sosial yang
besar untuk mensubsidi kesehatan, pendidikan, pensiunan, dan dana sosial
lainnya bagi masyarakat.
Amerika
Serikat memanfaatkan keadaan dimana banyak negara yang membutuhkan bantuan
ekonomi untuk memperbaiki negaranya (dengan menanamkan pengaruhnya) jika tidak
maka negara-negara tersebut akan masuk dalam pengaruh kekuasaan ideologi
komunis Uni Soviet. Maka Amerika tampil sebagai negara kreditor bagi
negara-negara di luar pengaruh Uni Soviet. Dengan bantuan tersebut selanjutnya
mampu membuat kedudukan Amerika menjadi kuat sebab ia berhasil menciptakan
ketergantungan negara peminjam pada Amerika.
Amerika
Serikat akhirnya mengeluarkan beberapa program untuk membangun kembali
perekonomian dunia, seperti:
a. Marshall
Plan
merupakan program untuk
membantu perekonomian negara-negara Eropa Barat. Program ini disetujui dalam
konfrensi Paris 1947 dan pemberian bantuan ini diakhiri pada tahun 1951. Sebuah
negara dapat memperoleh bantuan ini dengan memenuhi kesepakatan sebagai
berikut.
1)
Amerika Serikat akan memberikan pinjaman
jangka panjang kepada negara-negara Eropa Barat untuk membangun kembali
perekonomiannya.
2)
Sebagai imbalan negara peminjam
diwajibkan :
·
Berusaha menstabilkan keuangan
masing-masing negara dan melaksanakan anggaran pendapatan yang berimbang.
·
Mengurangi penghalang-penghalang yang
menghambat kelancaran perdagangan antara negara-negara peminjam.
·
Mencegah terjadinya inflasi.
·
Menempatkan perekonomian negara
masing-masing negara atas dasar sendi-sendi perekonomian yang sehat.
·
Memberikan bahan-bahan yang diperlukan
Amerika Serikat untuk kepentingan pertahanan.
·
Meningkatkan persenjataan masing-masing
negara untuk kepentingan pertahanan.
·
Bantuan akan dihentikan apabila di
negara peminjam terjadi pergantian kekuasaan yang mengakibatkan negara tersebut
melaksanakan paham komunis.
Dengan
Marshall Plan maka tertanamlah dasar-dasar terbentuknya kerjasama yang erat
antara negara-negara Eropa Barat dalam pembangunan perekonomiannya. Sejak tahun
1951 maka Amerika Serikat lebih mengutamakan konsolidasi pertahanan terhadap
kemungkinan meluasnya paham komunis.
b. Doctrine
Truman
Merupakan
kebijakan untuk membantu secara khusus negara Yunani dan Turki dengan maksud
membendung kedua negara tersebut dari pengaruh komunis dan Uni Soviet serta
memerangi pemberontakan yang dilancarkan gerilyawan-gerilyawan komunis dalam
negeri.
c. Point
Four Program
Merupakan
program bantuan dalam bentuk perlengkapan ekonomi kepada negara-negara
berkembang. Serta bantuan militer yang diberikan pada negara-negara berkembang
khususnya Asia.
d. Colombo
Plan
Merupakan
program kerjasama bagi pembangunan ekonomi di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Program yang dicetuskan di Colombo 1951 dengan peserta pertama negara-negara
persemakmuran Inggris yang selanjutnya diikuti Amerika Serikat, Jepang, dan
beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
Pada
tahun 1957 terbentuklah kerjasama dalam bidang perdagangan antara 7 negara
Eropa Barat (Perancis, Italia, Jerman Barat, Belgia, Belanda, Luksemburg, dan
Denmark) dengan nama Pasar Bersama Eropa (PBE)
Inggris
memprakarsai berdirinya daerah perdagangan bebas Eropa yang meliputi 5 negara
(Inggris, Norwegia, Swedia, Swiss, dan Austria).
Negara-negara
di Eropa Timur yang tidak mendapatkan bantuan Marshall Plan karena berhaluan
komunis sehingga dampaknya pembangunan ekonomi di Eropa Timur tidak secepat
pembangunan ekonomi di Eropa Barat sebab seluruh aktivitas perekonomian diatur
dan dikuasai oleh negara (berpusat pada pemerintah). Seluruh industri dimiliki
dan dioperasikan oleh pemerintah, pertanian diatur menurut pola pertanian
pemerintah dimana hanya sebagian kecil tanah pertanian yang boleh dimiliki
secara pribadi.
Negara-negara
Eropa Timur membangun perekonomian dengan pola Uni Soviet dan prinsip ekonomi
komunisme, yaitu melaksanakan pembangunan perekonomian jangka pendek yang
dilanjutkan dengan program jangka panjang.
Perkembangan
ekonomi negara yang berada di luar Eropa juga mengalami kemerosotan sebab
sistem perekonomian mereka sebelum Perang Dunia II terjadi lebih banyak
tergantung pada negara-negara Eropa yang memiliki jajahan di Asia, Afrika, dan
Amerika. Setelah Perang Dunia II hubungan antara negara-negara Eropa dengan
negara jajahan menjadi terputus.
Negara-negara
jajahan melepaskan diri dan menjadi negara merdeka serta berusaha membangun
perekonomiannya sendiri atau dengan bantuan negara lain sehingga tidak dapat
membangun perekonomiannya dengan cepat.
Negara-negara
di luar Eropa terjerat utang untuk membangun perekonomian sehingga perkembangan
perekonomiannya tidak secepat negara-negara Eropa Barat.
Jerman
dan Jepang tumbuh kembali sebagai negara industri, setelah memperoleh bantuan
modal dari Amerika Serikat.
Di
bentuklah 2 badan ekonomi dunia sebagai perwujudan perkembangan sistem ekonomi
kapitalis yaitu IMF (International Monetary Fund) dan Bank Dunia (World Bank).
Tugas
kedua badan tersebut adalah memberi dan menyalurkan bantuan keuangan kepada
negara agar dapat melakukan rekonstruksi dan pembangunan ekonomi negaranya.
3. BIDANG SOSIAL
Munculnya
gerakan sosial untuk membantu memulihkan kesejahteraan rakyat yang
porak-poranda akibat perang dengan mendirikan lembaga internasional untuk
memelihara perdamaian dunia. Hal ini terwujud dengan berdirinya Perserikatan
Bangsa-bangsa (United Nations).
Amerika
Serikat membentuk badan guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak dengan
nama United Nations Relief Rehabilitation Administration (UNRRA). Tugas pokok
badan ini adalah meringankan penderitaan dan memulihkan daya produksi rakyat
yang tinggal di daerah bekas pendudukan Jerman. Bantuan yang diberikan berupa
makanan, pakaian, bibit tanaman, hewan ternak, alat-alat perindustrian, dan
rumah sakit. UNRRA (satu bagian dari PBB) dibubarkan sebab tugas untuk
memberikan bantuan pembangunan kembali negara Eropa telah dilaksanakan oleh
European Reconstructions Plan atau yang dikenal dengan Marshall Plan.
PENGARUH SISTEM EKONOMI
INTERNASIONAL BAGI INDONESIA
Sistem
ekonomi yang berkembang pasca Perang Dunia II adalah liberalisme dan
sosialis-komunisme, dimana kedua sistem inilah yang dijadikan landasan kinerja
pembangunan ekonomi bangsa Eropa, Asia, dan Afrika yang rusak akibat perang.
Perkembangan
Perekonomian di Indonesia sebagai dampak dari berakhirnya Perang Dunia II.
1.
Pada awal kemerdekaan (1945-1950) sistem ekonomi di Indonesia adalah
upaya untuk melakukan perubahan dari sistem ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional.
·
Indonesia dalam kurun waktu 1945-1949
keadaaan politik dan ekonomi Indonesia masih sangat kacau Indonesia belum
seutuhnya merdeka dan laju inflasi sangat tinggi disebabkan karena
beredarnya mata uang Jepang dan mata uang NICA yang tak terkendali, serta
blokade ekonomi dari Belanda.
·
Upaya untuk mengatasi masalah ekonomi
Indonesia awal kemerdekaan adalah seperti dilakukan Konferensi Ekonomi,
Pinjaman Nasional, hubungan dagang melalui BTC (Banking and Trading
Corporation), mengeluarkan ORI, mendirikan Bank Indonesia, rasionalisasi,
kasimo plan, dan yang lainnya masih saja mengalami kegagalan.
·
Kegagalan upaya membentuk sistem ekonomi
Nasional disebabkan karena saat itu fokus pemerintah adalah untuk memberantas
berbagai pergolakan yang muncul di dalam negeri belum lagi ditambah usaha
Belanda yang masih ingin menguasai Indonesia sehingga rakyat masih berjuang
untuk mempertahankan kemerdekaan.
2.
Sistem ekonomi nasional Indonesia pada
tahun 1950-1959 adalah liberalisme.
·
Sistem liberalisme bisa tertanam kuat di
Indonesia karena Belanda sebagai negara yang pernah berkuasa atas Indonesia
merupakan negara penganut liberalisme.
·
Landasan kinerja politik dan ekonomi
liberalisme berdampak pada tidak stabilnya politik. Hal ini disebabkan karena
tiap kabinet memilki masa kerja yang sangat singkat yang disertai dengan
program yang selalu berganti menyebabkan kebijakan pemerintah untuk mengatasi
masalah ekonomi selalu gagal.
·
Kegagalan liberalisme diterapkan di
Indonesia menyebabkan muncul sikap anti kolonialisme dan imperialisme.
3. Sistem
ekonomi nasional Indonesia pada tahun 1959-1969 adalah Sosialisme.
·
Pemerintah Indonesia periode 1959-1969
menggunakan Sosialisme sebagai landasan kinerja pemerintahan, dan dasar
kehidupan ekonomi serta politik Indonesia pasca kegagalan liberalisme.
·
Pemerintah Indonesia periode 1959-1965
memperkuat sikap anti kolonialisme dan imperialisme dengan mengeluarkan Manipol
(Manifestasi Politik) dan USDEK (UUD’45,Sosialisme Indonesia,Demokrasi
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Manipol adalah
dokumen yang berisi tentang pokok dan program umum Revolusi Indonesia.
·
Pembangunan ekonomi Indonesia baru mulai
dilaksanakan sejak 1961-1969 dengan dilaksanakannya program pembangunan
nasional sistem berencana dirasakan kehidupan masyarakat mulai membaik dan
sejahtera.
·
Berbagai langkah dilakukan dan
dikeluarkan Presiden Sukarno guna menanggulangi masalah ekonomi masa ini adalah
Deklarasi Ekonomi (DEKON) tetapi upaya inipun gagal sebab bantuan dana dari IMF
tidak juga dicairkan (sebab Indonesia melakukan aksi Dwikora). Keadaan
Indonesia semakin diperparah dengan adanya pemberontakan oleh PKI sehingga
keadaan ekonomi Indonesia selama Orde Lama tidak mengalami kemajuan yang
signifikan.
·
Presiden Sukarno mengembangkan dan
menerapkan sistem ekonomi terpimpin di Indonesia yang dipengaruhi gagasan dan
pemikiran komunisme untuk menciptakan sosialisme versi Indonesia. Sementara
itu, sistem ekonomi liberal seperti yang dilakukan IMF ternyata sangat
mempengaruhi kehidupan ekonomi Indonesia.
·
Jadi sistem ekonomi komunisme yang
berkembang di Uni Soviet mempengaruhi sistem dan pembangunan perekonomian
Indonesia pasca Perang Dunia II. Pemerintah Orde Lama ingin supaya di Indonesia
terwujud sebuah masyarakat sosialis dan ini ditempuh dengan cara mengatasi atau
melampaui feodalisme tanpa melalui kapitalisme sehingga hasilnya Indonesia
mengalami kegagalan.
4.
Indonesia masa Orde Baru (1969-1998)
·
Sistem ekonomi Indonesia masa Orde Baru
(pasca gagalnya sistem ekonomi terpimpin) tidak dapat terlepas dari pengaruh
sistem ekonomi kapitalisme (sistem ekonomi yang mengandalkan kekuatan, dinamika
pasar dan kapital (uang) sebagai motor penggeraknya).
·
Sistem tersebut terlihat dari adanya
upaya penyusunan REPELITA, tahapan pembangunan jangka pendek, menengah, dan
panjang sampai tinggal landas.
·
Selama Orde Baru pembangunan hanya
diarahkan demi pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan aspek sosial dan budaya
masyarakat sehingga menimbulkan kerugian pada berbagai aspek kehidupan. Atas
nama pembangunan banyak tanah dirampas, hutan ditebang, dan modal hanya
bertumpuk pada segelintir orang yang dekat dengan kekuasaan.
·
IMF dan Bank Dunia menjadi mitra
pembangunan yang penting bagi Indonesia. Kedua badan tersebut pada awalnya
bertugas secara berkala mengatur supaya pinjaman dapat dikembalikan oleh negara
pengutang tetapi mereka tidak mengontrol dan mempengaruhi pengambilan keputusan
ekonomi dan politik sebuah negara.
·
Tetapi sejak 1980 kedua badan ini
memperoleh kekuasaan yang tidak terbatas sehingga mereka dapat mendikte
negara-negara untuk mengubah tata perekonomiannya kalau mau menerima bantuan
IMF dan Bank Dunia. Sejak saat itu dimulailah era neoliberalisme yang sama
sekali tidak memberikan ruang bagi campur tangan negara dalam mengatur dan
mengelola perekonomian semua diserahkan pada mekanisme pasar. Karena perubahan
tersebut maka memberikan dampak pula bagi Indonesia IMF dan Bank Dunia semakin
mendikte Indonesia seiring dengan meningkatnya utang luar negeri Indonesia
sehingga pada tahun 1998 mengalami keruntuhan ekonomi.
·
Sejak tahun 1998 perekonomian Indonesia
dikendalikan oleh IMF dan Bank Dunia. Hal ini terlihat dengan adanya
privatisasi BUMN serta perusahaan milik negara lainnya, mergernya banyak bank
dan penghapusan dana-dana subsidi (seperti BBM) yang mampu mendatangkan dampak
buruk (negatif) bagi Indonesia seperti banyaknya pengangguran, rakyat tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup, dsb. Jadi kebijakan ekonomi yang harus
dijalankan di Indonesia dengan mengikuti kebijakan IMF dan Bank Dunia sangat
merugikan rakyat Indonesia.
·
Inilah pengaruh langsung dari
perekonomian dunia akibat Perang Dunia II yang mempengaruhi sistem pembangunan
perekonomian di Indonesia sampai saat ini yaitu sistem kapitalisme dan
neoliberalisme.
PENGARUH dalam KEBIJAKAN POLITIK
LUAR NEGERI BAGI INDONESIA
Sejak proklamasi
Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif. Bebas artinya Indonesia
tidakmemihak kepada salah satu blok dan menempuh cara sendiri dalam menangani
masalah-masalah internasional. Sedangkan aktif artinya Indonesia berusaha
sekuat tenaga untuk ikut memelihara perdamaian dunia dan berpartisipasi
meredakan ketegangan internasional.
Politik ini dipilih
dalam rangka menjamin kerjasama dan hubungan baik dengan bangsa lain di dunia.
Politik yang dicetuskan Mohammad Hatta ini dijalankan dari awal terbentuknya
Indonesia hingga saat ini meskipun dalam pelaksanaannya tidak sesuai karena
adanya pengaruh dengan perubahan politik di dunia.
·
Penyimpangan terhadap politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif dianggap mulai muncul ketika Indonesia pada
masa Kabinet Sukiman (1951) dengan mengadakan pertukaran surat antara Menteri
Luar Negeri Ahmad Subarjo dan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran dalam
rangka mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat. Hal ini menimbulkan protes
sebab dianggap telah meninggalkan politik bebas aktif dan memasukkan Indonesia
ke dalam sistem pertahanan Blok Barat.
·
Sementara itu pada masa Kabinet Ali
Sastroamijoyo I menitik beratkan pada kerjasama antara negara-negara
Asia-Afrika dengan menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika. Kenyataan tersebut
bukan berarti Indonesia akan membentuk blok ketiga. Tujuan dibentuk organisasi
ini adalah sebagai landasan dalam rangka memupuk solidaritas Asia-Afrika dan
menyusun kekuatanagar mendapatkan posisi yang menguntungkan bagi bangsa
Asia-Afrika di tengah percaturan politik internasional.
·
Pada masa Burhanuddin Harahap (1955)
politik luar negeri Indonesia lebih dekat dengan Blok Barat, baik dengan
Amerika, Australia, Inggris, Singapura dan Malaysia. Indonesia mendapatkan
bantuan makanan dari Amerika (US$ 96.700.000).
·
Tahun 1956 untuk menunjukkan bahwa
pemerintah Indonesia menganut politik bebas aktif maka presiden Soekarno
mengunjungi Uni Soviet. Dan ditandatangani perjanjian kerja sama pemberian
bantuan ekonomi dengan tidak mengikat dari Uni Soviet(US$ 100.000.000).
Indonesia juga mengunjungi Cekoslowakia, Yugoslavia, dan Cina. Indonesia juga
mengirimkan pasukan perdamaian di bawah PBB yang dikenal dengan Pasukan Garuda.
·
Pada masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia
turut mempelopori berdirinya Gerakan Non Blok (1961) sejak saat itu Manifesto
Politik (Manipol) menjadi dasar pengambilan kebijakan luar negeri Indonesia
sehingga dunia terbagi menjadi NEFO (negara-negara komunis) dan OLDEFO
(negara-negara kolonialis dan imperialis). Indonesia termasuk dalam kelompok
NEFO sehingga menjalin hubungan erat dengan negara bok timur dan menjaga jarak
dengan negara blok barat. Politik tersebut selanjutnya berkembang semakin
radikal menjadi politik mercusuar dan politik poros. Politik Indonesia yang
agresif selama masa Demokrasi Terpimpin memboroskan devisa, inflasi menjadi
tidak terkontrol terlebih dengan adanya pemberontakan PKI 1965.
·
Politik pada masa Orde Baru lebih
memperhatikan masalah stabilitas regional akan menjamin keberhasilan rencana
pembangunan Indonesia.
Upaya
yang dilakukan Indonesia yaitu dengan :
a) Mempertahankan
persahabatan dengan pihak barat
b) Menjalankan
politik pintu terbuka bagi infestor asing serta pinjaman luar negeri.
c) Bergabungnya
kembali Indonesia sebagai anggota PBB pada 28 Desember 1966.
d) Memperbaiki
hubungan dengan sejumlah negara yang sempat renggang karena adanya politik
konfrontasi masa Orde Lama.
e) Didirikan
pula bentuk kerjasama regional ASEAN dalam rangka menjaga stabilitas kawasan.
f) Pada
1992 Indonesia menjad ketua Gerakan Non Blok tetapi pada saat itu timbul
pertikaian dan perpecahan di negara Yugoslavia (Serbia menyerang Bosnia yang
mayoritas beragama Islam).
g) Indonesia
menggunakan APEC untuk menentukan posisi kepemimpinan Indonesia. Awalnya
Indonesia tidak mau bergabung sebab takut tidak mampu menghadapi liberalisasi
perdagangan dan dipandang dapat mengurangi rasa kerjasama dianatara
negara-negara ASEAN tetapi setelah berakhirnya Perang Dingin Indonesia
bergabung dalam APEC. Dengan demikian Indonesia siap untuk mengikuti
perdagangan bebas bagi negara-negara berkembang pada tahun 2020.
0 komentar:
Posting Komentar