Minggu, 14 September 2014

Cerpen Mengharukan

Kado Termanis Dari Anggi

Pagi itu sangat indah, sejuk dan juga cerah membuat semua hati senang dan bahagia karenanya tapi bukan untuk hati Anggi. Pagi itu baginya tak indah mungkin seperti pagi-pagi yang buruk baginya karena setiap hari itu adalah hari yang membuatnya sedih.
“kak maafin Anggi yah” setelah itu ia memutuskan untuk ke kamar saja.
Sesampainya dikamar “ Hey kamu itu buta! percuma cantik, pinter dan keliatan baik. Tapi tidak bisa liat. Hahaha….!!”
Anggi terhantui oleh ejekan dari kakaknya, Dio yang saat itu mengantarkan makanan ke dalam kamarnya seminggu yang lalu. Anggi sadar, yang membuat kakaknya seperti ini adalah dirinya sendiri. Anggi tidak bisa menyalahkan kakaknya karena ia sangat menyayanginya. Anggi sadar akan kekurangan yang dimilikinya.
“Kak, buka pintunya..??” sesampainya di depan pintu kamar Kakanya dengan nada lemah, Anggi mengetuk pintu.
Tak lama Dio membuka pintu, saat itu wajahnya sembab. “kakak nangis..? maafin Anggi yah..! Anggi bakalan bilang ke papa dan mama biar Anggi tinggal di rumah kakek dan nenek aja”.
“alah diam Kamu sialan…!!” jawab Dio kasar.
“boleh Anggi minta waktunya..?”.
 “masuk kalau kamu butuh”. Akhirnya Dio mengizinkan Anggi bebicara dengannya.
 “Anggi tau kok kalau kakak males kan mengurus Anggi yang tidak bisa apa-apa, kakak juga malu kan punya adik buta kayak Anggi..?” tanya Anggi sambil memegang tangan kakaknya.
“kok kakak diem, iya kan? Anggi tau kok jawabannya. Anggi minta maaf yah, selama ini kebahagiaan kakak tersita karena orang buta kayak Anggi.” Jelas Anggi.
“iya.. aku tidak mau urusin kamu, aku juga malu kalau kamu hadir di pesta ulang tahunku. Aku tidak mau di antara teman-temanku tau kalau aku punya adik buta. Kata mama satu minggu lagi ulang tahunku bakal dirayakan di rumah. Sedangkan papa dan mama harus tugas di luar kota besok selama dua minggu. Mereka bilang, kamu yang bakal mendampingiku. Aku tidak mau.. !! demi tuhan aku tidak mau !! Mana temen-temenku nanya adikku yang mana!” jawab Dio sambil meneteskan air mata.
“kakak tidak mau ? kakak sama sekali tidak mau mengakui Anggi sebagai adik kakak..? baiklah , Anggi mau kakak seneng. Kakak kunci saja Anggi di gudang saat ulang tahun kakak. Dan biarkan anaknya bi Inem yang akan jadi adik palsu kakak. Biar kalau ditanya adiknya kakak yang mana, kakak bisa jawab  kalau adik yang sempurna itu adiknya kakak..!” Anggi semakin menangis.
“oke. Tapi gimana kalau sampai papa dan mama tau soal ini ?” Tanya Dio.
“biar Anggi yang urus..”
“baiklah, sekarang kamu keluar !!. Aku mau istirahat..!!”
“terimakasih, kak!” jawab Anggi sambil melangkah keluar dari kamar dengan senyuman walau disertai dengan tangisan.
Singkatnya satu minggu telah berlalu. Tiba saatnya Dio merayakan ulang tahunnya. Anggi, Dio, bi Inem juga pak supir telah memperbincangkan apa yang harus dilakukan. Pertama, rencana anaknya bi Inem yang akan diabayar sebagai adik palsu Dio. Dan memasukkan Anggi ke dalam gudang karena kamarnya akan dipakai oleh adik palsu Dio. Sebelumnya Anggi telah menyiapkan satu kado yang manis untuk Dio.
“kakak…!! Anggi ada permintaan terakhir, boleh?” Tanya Anggi.
Sejenak Dio memikirkan kata-kata Anggi. Kemudian “iya..apa ??”
“Anggi boleh tidak dipeluk sama kakak, Anggi pengen dipeluk sebagai adik kakak..!”
“baiklah..!” kata Dio sambil memeluk Anggi.
“terimaksih ya kak..” Jawab Anggi dengan senyuman manis.
Setelah itu Dio tak ingin basa-basi, ia memasukkan Anggi ke dalam gudang yang gelap dan kotor. Dio pun keluar dan membawa kunci satu-satunya gudang itu, ia tidak mau ada yang membukakan pintu untuk Anggi.
Setelah adik palsu Dio cantik dirias oleh perias khusus, Dio dan adik palsunya kini telah siap menunggu tamu. Pak supir dan Bi Inem sibuk dengan tugasnya masing-masing.
Singkatnya, acara segera dimulai. Semua tamu undangan telah duduk rapi di depan Dio dengan membawa kado masing-masing.
Anggi menangis sendirian d idalam gudang yang sepi. Ia ingin sekali ada di luar menyanyikan lagu happy birthday untuk kakaknya, tapi ia tau kakaknya tidak menginginkannya disana. Ketika sedang menangis ia merasa sakit yang sangat luar biasa di kepalanya, ia merasakan ada cairan yang mengalir dari dalam hidungnya.
Acara pun berjalan dengan mulus. Hingga akhirnya, sorehari menjelang malam pun tiba. Akhirnya setelah semua tamu pulang, Dio langsung menuju gudang untuk membukakan pintu dan berterimakasih kepada Anggi. Ketika gudang telah terbuka, Dio berteriak “bi Ineem..!! Anggi” Dio histeris melihat lumuran darah segar yang mengalir dari hidung Anggi dan melihat Anggi tergeletak di lantai.

“ya.. allah… non Anggi kenapa..?” mereka pun membawa Anggi ke rumah sakit, namun semua sudah terlambat, Anggi sudah meninggal. Anggi telah tiada.

Penyebab Anggi meninggal adalah karena ia mengidap penyakit kanker otak yang sudah sangat parah. Dan penyakit itulah yang menbuat Anggi mengalami kebutaan. Papa dan mama Anggi sangat terpukul akan hal itu, mereka tidak menyangka karena selama ini Anggi kelihatan sehat dan begitu ceria dalam kesehariannya.
Kesedihan luar biasa begitu terlihat dari Dio. Ia menyebut dirinya bodoh. Sebab karena ulahnya adiknya telah pergi.
Sebulan setelah kejadian tersebut, Dio masih terhantui oleh rasa bersalah. Penyesalan yang luar biasa, dan rasa rindu yang teramat dalam pada sang adik. Kado yang diberikan Anggi kepadanya pun tak sanggup ia buka. Dan kini ia beranikan diri untuk membuka kado itu. Ternyata berisi gelang bertuliskan “Anggi Dio” dan sebuah kaset. Ia pun memutar kaset tersebut, setelah beberapa saat terdengarlah suara Anggi:

“kak.. selamat ulang tahun yah.. Anggi Cuma bisa kasih kado kecil ini untuk kakak. Anggi harap kakak suka. Anggi mau kakak bahagia. maafin Anggi karena selama ini waktu kakak tersita untuk orang buta. Anggi juga tau kalau kakak malu karena Anggi… Anggi minta maaf yah… kakak terimakasih untuk pelukan terakhir itu, Anggi seneng akhirnya kakak mau peluk Anggi… kakak selamat ulang tahun yah… Anggi pengen kakak jangan sedih lagi, kakak harus bahagia… Anggi sayang kakak lebih dari hidup Anggi..”

“iya Anggi kakak janji kakak tidak akan sedih lagi… kakak juga sayang kamu…!!!” sahut suara lirih Dio.

Selesai…


0 komentar:

Posting Komentar